November 4, 2024

informasi sekitar kita

SUKSES UNTUNG RATUSAN JUTA DARI PUPUK ORGANIK

TANGERANG,SATELITKOTA – Menyusuri jalanan konblok sepanjang jalan kampung Parung Kored, Kelurahan Parung Jaya persisnya di pinggir jalan tol Jakarta–Merak. Pantauan, satelitkota.com  di jalanan umum  yang hanya muat ukuran satu mobil ini setiap harinya tidak terlalu ramai oleh kendaraan umum. Hanya beberapa motor roda dua saja yang melintas. Selain itu, tidak banyak juga toko-toko milik warga, hanya ada beberapa deretan toko saja, bengkel las dan warung nasi uduk.

Ada yang menarik dari Kampung Parung Kored ini selain udaranya yang tidak terlalu panas, karena masih banyak ditumbuhi pohon besar di kampung itu. Disini juga kita akan jumpai proses pembuatan pupuk organik milik bapak Nasution.

Menurut cerita Nasution (55 tahun) awal mulanya membuka usaha ini dari modal Rp. 300 ribu, Nasution dibantu dengan seorang istri kemudian memulai usahanya sejak tahun 2004, dan masih menggunakan cara manual untuk mengolah pupuknya. Susah payah hari-harinya pun sukses telah dilaluinya. “Dulu saya dengan istri mulai ambil serutan kayu dengan memijam sepeda tetangga,” kenangnya kepada wartawan satelitkota.com, (17/9/16).

Tidak hanya itu untuk menjual pupuk buatannya saja saat itu juga susah tidak ada yang percaya. Tapi, berkat kerja kerasnya sekarang ini dia tidak susah lagi menjual pupuknya itu. Konsumen sudah banyak yang tahu kualitas pupuk buatannya ini dan tak jarang ia pun mulai kewalahan memenuhi pesanan pupuknya. “Sekarang saya jual pupuk ini sudah kaya kacang goreng,” terangnya.

Untuk pasokan bahan baku seperti kotoran sapi, kotoran kambing dan serutan kayu serta abu batok kelapa dia dapatkan dari sekitaran Tangerang, Bogor, dan Balaraja. Untuk kebutuhan kotoran sapi setiap harinya dikirim satu truk demikian juga bahan baku yang lainnya. Bahan untuk membuat pupuk organik terbilang tidaklah sulit.

Proses membuatnya mulai dari mengeringkan kotoran sapi dan kotoran kambing serta membuat abu batok kelapa. Kemudian bahan-bahan tersebut diaduk campur dengan unsur hara lainnya seperti gula merah, umbi batang pisang yang telah busukan, bawang putih ke semua bahan-bahan tersebut lalu direbus. Diaduk jadi satu dalam kolam tanah besar yang kemudian dicampur dengan bahan-bahan lainnya seperti disebut di atas, papar Nasution.

Nasution memang tidak memiliki pengetahuan khusus tentang pembuatan pupuk organik. Dia memiliki ketrampilannya ini diperolehnya dari membaca buku-buku tentang pembuatan pupuk organik. Tapi, soal kualitas pupuknya tidak usah diragukan lagi. Dia dibantu dengan tiga orang karyawannya tetap selalu menjaga kepuasan pelanggan. Pupuk organik buatannya ini sekarang sudah dikirim ke Jabodetabek dan sampai juga ke Lampung, Medan, serta Aceh. Dalam sehari dia bisa memproduksi pupuk sebanyak 1000 kantong yang berukuran 40×50 cm, isi 15 kg.

Untuk satu kantong dia jual mulai harga Rp. 6500 sampai Rp. 9000.  Pria asal Kabupaten Pasaman Barat, Propinsi Sumatera Barat ini dulunya hanyalah seorang montir mesin diesel kapal laut selama 21 tahun. Pengalaman lainnya dia juga pernah beberapa kali gagal merintis usaha mulai dari jualan minyak tanah, pemborong pada proyek-proyek pembangunan pemerintah dan juga jualan rokok juga pernah dilakoninya.

Kegagalan-kegagalan itu tak membuatnya menyerah terlebih menjadi pelajaran untuknya yang kemudian berhasil sukses membuat pupuk organik yang beromzet Rp. 200 juta dalam sebulan, tegasnya. (MED)

Loading