November 4, 2024

informasi sekitar kita

ENDAH RESMIATI: ANAK ITU IBARAT SEMEN BASAH MUDAH DIBENTUK

TANGERANG,SATELITKOTA.COM  – Meretas jalan lain kehiupan adalah hikmah lain dari sikap untuk menjenguk realitas atau kenyetaan-kenyataan di luar diri kita. Satu realitas yang seharusnya disongsong sebagai bagian dari realitas diri kita. Ketika sebuah realitas di masyarakat muncul. maka sejatinya di masyarakat memantulkan cermin realitas yang ada dalam diri kita. Dan realitas yang sangat dekat dengan dunia kita adalah realitas pendidikan. Terutama bagiamana mendidik anak-anak kita.

Pendidikan dan pengajaran nilai- nilai, tentu saja dimulai dari rumah. Pada saat anak itu ada dalam kandungan atau di dalam perut, si anak sudah mendapatkan pendidikan yaitu mulai dari tingkah laku orang tuanya. Maka sikap ini dinamakan pendidikan prematur.

“Untuk membentuk sikap kepribadian anak ada tiga yang pertama pendidikan informal, non formal, dan formal.” kata Dr. Endah Resmiati, M.Si. Bagi Endah. pentingnya pendidikan dalam keluarga. Rumah dan keluarga memang merupakan dasar kehidupan mamusia. Dari lahir yang tak bisa apa-apa sampai mulai bisa mengerti dan memenuhi kebutuhannya sendiri, manusia diasuh di rumah.

“Orang-orang yang pertama berinteraksi dan memberikan pengajaran kepadanya adalah keluarga serta orang-orang di rumah. Pelajaran budi pekerti dan nilai-nilai mendasar biasanya diterima dari ayah dan ibu atau kakek, nenek, dan kerabat lain yang juga ada di lingkungan rumah ungkap Kepala SMK Negeri 3 Kota Tangerang kepada Satelitkota.com, (27/11).

Bagi perempuan kelahiran Surabaya 16 Juli 1964, setelah terdapat ketiganya lalu diakumulasikan, hasilnya tentu akan berbeda. Pendidikan sebetulnya untuk membentuk mendorong mengarahkan bakat dan minat anak. Ini yang disebut dengan character building, siswa disiapkan untuk siap terjun ke dalam masyarakat atau pergaulan sosial.

Endah meyakini tidak menjadi jaminan anak yang pintar di kelas belum tentu berhasil di pergaulan atau tingkat kemapunun hidupya. Malah banyak anak yang di kelas pintar hidupnya setelah lulus malah menganggur. Berbeda dengan anak yang saat di kelas biasa-biasa saja tapi hidupnya lebih berhasil ketimbang anak yang pintar di kelas.

“Meskipun anak ini cerdas, tapi tidak memiliki kecerdasan emosional. Ya dia akan tertinggal dengan yang biasa-biasa saja di kalas” urainya. Endah membuktikan dirinya bagaimana mendidik anak. Lihat saja anak pertama Endah, Rano Digdayan. Kini Rano kuliah di Fakultas Kedokteran, dan sekarang telah lulus dari Unpad Bandung. la juga pernah ikut pertukaran siswa berpestasi di Australia. Anak kedua Endah. Wandan Surya Kencana, saat ini pun sudah lulus kuliah dari Pendidikan Kedokteran.

Dalam pikiran Endah, dalam konteks sekolah dan keluarga, perlu dibangun hubungan emosional baik antara guru dengan siswa serta antara orang tua dengan anaknya. Guru dengan orang tua perlu memberikan perhatian yang lebih besar terhadap perkembangananaknya.

“Anak itu ibarat semen yang masih basah dan sangat mudah dibentak kalau salah bentuk dikemudian hari akan sulit untuk mengubahnya menjadi bentuk yang baik. Selain lewat kata-kata, anak juga dibentuk dengan peneladanan sikap orangtuanya. Karenanya, orang tua harus memberi contoh perilaku yang baik kalau ingin anaknya tumbuh menjadi orang yang baik pula,” ungkap anak pertama dari tiga bersaudara ini. Mungkin pola mendidik anak Endah terwarisi oleh ayahnya yang pernah menjadi tentara. la melihat faktor disiplin harus ditegakkan tanpa mengorbankan kebebasan anak berkreasi.

Contoh nyata yang diungkapkan mengenai pemberian teladan yang tidak baik oleh orangtua ini sering kita jumpai dalam kehidupan sehari hari “Kalau orang tua kurang menghargai orang yang bekerja dengannya, misalnya pembantu rumah tangga atau sopir dengan mudah memarahi dan memaki-maki mereka, anak cenderung akan bersikap sama. la menjadi kurang bisa menghargai orang yang sebenarnya banyak memberikan bantuan kepadanya” imbuh istri Dr. Kustyono Herlambang ini.

Teladan saling menghormati juga harus ditunjukkan dalam hubungan di dalam keluarga. Anak laki-laki yang melihat ayahnya sering memarahi ibunya bisa jadi menganggap hal itu wajar dan ketika dewasa serta sudah menikah ikut melakukan hal sama kepada istrinya. Begitu juga, anak yang melihat orangtuanya bertengkar dan berlaku kurang sopan kepada nenek serta kakeknya bisa ikut melakukan hal sama kepada orangtuanya. Segala sesuatu yang dilakukan dan diucapkan orangtua bisa sangat membekas dalam ingatan anak dan dikemudian hari ia terapkan karena menganggap bahwa hal itu adalah hal yang benar . Oleh karena itu, orangtua harus menanamkan pengertian kepada anak dan memberi contoh untuk menghargai semua orang.

“Meskipan sekolah juga mengajarkan sopan santun, budi pekerti, dan nilai-nilai baik yang harus dibawa anak sampai dewasa. Namun, keluarga tetap berperan besar dalam hal ini, karena keluarga adalah yang berinteraksi dengan anak dalam sebagian besar masa pertumbuhannya. Dalam hal ini, ibu terutama lebih berperan, karena biasanya ibu memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengawasi dan mendidik anak,” tutur perempuan ayu mengakhiri perbincangan dengan Wartawan Satelitkota.com. (MED)

Loading