Januari 21, 2025

informasi sekitar kita

TALI ECENG GONDOK DARI PASAR LOKAL

TANGERANG,SATELITKOTA.COM – Eceng gondok (Eichornia crassipes) adalah tumbuhan air mengapung yang berkembang sangat cepat sehingga dianggap merusak lingkungan perairan. Anggapan negatif lainnya adalah tanaman tersebut menjadi salah satu penyebab banjir. Dalam penelusuran Satelitkota.com tanaman enceng gondok memberi manfaat tersendiri bagi Hasan (70), pria asli Tangerang, RT. 01, RW. 03, Kelurahan Kunciran Jaya, Kecamatan Pinang, ini mengaku merasa diuntungkan dengan adanya tanaman enceng gondok yang berada di lingkungan rumahnya.

Tumbuhan air yang mengapung dengan tinggi sekitar 0,4 – 0,8 meter. Tidak mempunyai batang, daunnya tunggal berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau ini banyak ia temukan di Rawa Cipondoh. “Tidak sulit saya mencari enceng gondok,” katanya.

Biasanya Hasan dengan menggunakan rakit bambu untuk menyeberangi rawa dan mengambil enceng gondok. Tumbuhan yang dapat berperan secara tidak langsung dalam mengatasi pencemaran ini di tangan  Hasan menjadi barang kerajinan tali enceng untuk bahan pendukung membuat kerajinan tas. Meski terdapat beberapa kendala yang terjadi, seperti permasalahan kurang praktisnya pembuatan tas berbahan eceng gondok; mulai dari proses pencabutan, pengeringan, pemilihan, pembelahan, dan penganyaman yang dikerjakan masih dengan manual. Dari segi waktu pekerjaan terlalu memakan waktu sehingga terlambat memenuhi permintaan pasar.

Pasaalnya eceng gondok yang sering dianggap merupakan tumbuhan pengganggu, merusak pemandangan dan tidak mempunyai nilai ekonomis atau tidak berfungsi. Ternyata, Hasan dalam sebulan, bisa menjual 500 ribu pasang tali enceng ke pengrajin seni yang ada disekitaran Tangerang, dan Jakarta. Satu pasang tali berukuran 30 senti kemudian tali-tali itu diikat masing-masing berjumlah 5 ratus pasang. Harga setiap ikatnya biasa dijual Rp. 30 ribu. Katanya, untuk memulai usaha ini tidak sulit kuncinya adalah kemauan.

“Usaha ini gampang tidak perlu modal banyak, yang penting ada kemauan. Karena  pemanfaatan eceng gondok dapat menghasilkan jenis kerajinan yang bernilai ekonomis, baik, layak dan dapat memenuhi kebutuhan hidup” ujarnya kepada wartawan Satelitkota.com, Minggu (24/7).

Bagi masyarakat yang tinggal di sekitar danau Cipondoh tentu sudah tak asing. Hasan mewakili sebagian kalangan yang jeli melihat peluang usaha, eceng gondok. Berkat kreatifitas ini, ia mampu mengembangkan usaha dengan modal keuletan meski cara pengerjaan masih konvensional.

Pantauan Satelitkota.com mengenai proses pembuatanya dimulai dari: Tahap pembersihan, ketika diangkat dari dalam air, bagian lain dari eceng gondok seperti bunga, daun, tangkai, tunas, dan akar akan tercabut juga. Untuk anyaman, yang diperlukan adalah tangkainya lalu dicuci dan dibilas hingga bersih.

Proses pengeringan, proses pengeringan bisa sampai dua minggu apabila cuaca normal, yaitu tidak hujan. Bila hujan turun, proses pengeringan akan memakan waktu yang lebih lama. Ini mengganggu produktivitas dan kreativitas dari para pengrajin penggiat tanaman eceng gondok.

Tahap pemilihan, setelah tangkai eceng gondok kering, selanjutnya dikelompokkan berdasarkan warna dan panjangnya. Ukuran panjang yang dipakai adalah 45-50 cm untuk ukuran biasa dan 50-60 cm untuk ukuran besar.

Tahap pembelahan, dibutuhkan juka ketelitian, ketentuan dalam desain anyamannya, eceng gondok kering perlu dibelah menjadi beberapa bagian.

Tahap penganyaman, atau pengkepangan menjadi seutas tali eceng gondok yang telah dipres kemudian dianyam atau kepangan untuk mendapat lembaran-lembaran tali eceng gondok ber- ukuran 50-60 cm.

Menurutnya dari kerja keras inilah Hasan sudah pernah berhasil mengekspor tali-tali enceng buatannya ini ke pasar internasional seperti, Malaysia dan Bruneidarussalam. “Saya pernah menerima pesanan dari Malaysia dan Bruneidarussalam, dulu jumlah tali enecng yang saya kirim bisa satu truk besar sekali kirim,”tandasnya. (MED)

Loading