TANGERANG,SATELITKOTA.COM – Menyusuri Jalan Haji Jali, yang kini berlapis beton, aspal dan konblok. Sekitar lima kilo meter dari Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Ada beberapa petak sawah, kali kecil, pohon-pohon besar, seperti pohon buah Kecapi, dan beberapa toko yang menjual bibit serta pupuk untuk kebutuhan para petani.
Menikmati jalanan kampung ini saya dikejutkan oleh lapak kecil berukuran dua meter persegi berbentuk kotak, di atas lapak itu ada berbungkus-bungkus abu gosok pada kantong plastik berwarna putih berisi abu gosok memenuhi lapak itu, juga beberapa karung. Susunannya tidak teratur dan jauh dari kesan rapi. Dan pemuda, sedang mengatur plastik-plastik berisi abu gosok. Pemuda tersebut bernama Mirsad pria 35 tahun ini adalah si pemilik lapak abu gosok.
Menurut Mirsad abu gosok merupakan limbah pembakaran yang berasal dari sekam padi. Umumnya orang zaman dulu memanfaatkan abu gosok untuk membersihkan alat rumah tangga seperti panci atau dijadikan sebagai pupuk tanaman.
Pada zaman yang modern ini, penjual abu gosok pun sudah mulai jarang ditemui. Keberadaannya hanya terlihat sesekali, tak jarang dari mereka yang menjualnya rata-rata orang tua yang sudah lanjut usia (Lansia) namun kali ini seorang pemuda.
Mirsad merupakan satu dari sekian banyak pemuda di Kunciran Jaya yang berjualan abu gosok. Di usia yang masih muda ini Mirsad lebih memilih berwiraswasta. Bermula dari menjual abu gosok Mirsad sekarang sudah memiliki lapak jual beli limbah dan toko sembako yang dikelola bersama saudaranya, berlokasi di RT.03 dan RW. 03, Kelurahan Kunciran Jaya, Kecamatan Pinang.
Ketekunannya dalam mencari nafkah, menjual abu gosok ini meneruskan usaha almarhum ayahnya. Tak disangka, pria kelahiran Tangerang, ini sudah berjualan abu gosok selama 15 tahun.
“Lapak abu gosok ini dulunya bapak saya yang jualan, setelah bapak saya meninggal. Jadi saya yang meneruskan sampai sekarang”, ucapnya kepada satelitkota.com, Rabu (29/12/2021).
Pasalnya, selain digunakan untuk membersihkan alat rumah tangga, abu gosok masih menyimpan banyak kegunaan lainnya. Biasanya abu sangat dibutuhkan para penjual telur asin, caranya cukup melumuri telur dengan abu yang sudah dicampur dengan air dan garam.
Abu gosok juga bisa dijadikan pupuk berbagai tanaman, mulai dari bunga ataupun sayuran. Sekam yang berwarna hitam umumnya orang dipakai untuk pupuk bunga anggrek, kangkung, sawi, bahkan bayam, dan jenis tanaman sayur lainnya.
“Kebanyakan pembelinya datang dari jau-jauh, dari Bogor, Depok, dan Jakarta. Ada juga orang beli buat kotoran binatang sepeti kucing, taburin abunya di kotoran setelah itu tinggal dibuang,” ucapnya.
Katanya lagi, seiring dengan berjalannya waktu, abu gosok tidak lagi menjadi favorit bagi sebagian orang. Banyak dari mereka yang saat ini lebih memilih menggunakan sabun untuk keperluan sehari-hari.
Tak seberapa memang harga sekantong abu. Biasanya ia jual sekantong abu gosok dengan harga tiga ribu rupiah. Tapi, waktu-waktu pandemi covid permintaan abu gosok justru meningkat. Sampai kewalahan permintaan banyak barangnya langka.
“Justru banyak permintaan saat covid, kebanyakan dari para penjual telur asin dan para pengrajin kerajinan seni. Dalam seminggu bisa 500 kantong terjual, “ ucap pemuda yang belum memiliki pasangan hidup ini.
Pantauan satelitkota.com, semangat untuk memperoleh penghidupan tidak dibatasi oleh usia, hidup mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain merupakan prinsip yang utama pada Mirsad. Patut dicontoh bagi kalangan muda lainnya apapun jenis usaha atau jasa, yang penting bisa menghasilkan uang untuk biaya hidup. (MED)
BERITA TERKAIT
Binaan IKPP Tangerang Raih Trophy ProKlim Utama, Aktif Adaptasi & Mitigasi Perubahan Iklim
Komitmen Pada Lingkungan, Pelita Air Bersama Pertamina Tanam 10 Ribu Pohon di Jawa Timur
Pameran Energi Terbesar di Indonesia dalam Rangka Hari Listrik Nasional Ke-78, Enlit Asia 2023 Resmi Digelar