Desember 7, 2024

informasi sekitar kita

TANPA TELEVISI: CIPTAKAN KELUARGA LEBIH BERKUALITAS

TANGERANG, SATELITKOTA – Hasanudin, salah seorang guru bidang studi, mengajar pelajaran fisika sekaligus sebagai humas di SMPN 14, Kampung Betung, Kota Tangerang ini sekilas tampak santai. Meski dalam kehidupan sehari-hari bersama istri dan kedua putri di rumahnya di Cluster Bintaro Green Graass, No. D2. Kota Tangerang Selatan ini tidak ada televisi diruangannya.

Kondisi carut marut teknologi informasi inilah yang menuntut Hasan memutuskan di rumahnya tidak ada televisi. Hal ini dilakukan juga lantaran pengalamannya selama pernah memiliki televisi di rumahnya, ia menilai perkembangan kedua putrinya tumbuh tidak sebanding dengan usianya. Sejak itulah menonton televisi di rumahnya dihentikan.

“Dalam keluarga, saya ingin satu bangun, satu tindakan,” ujar Hasan kepada wartawan berita online SATELITKOTA.COM. Anak kalau sering menerima informasi yang kurang baik dari hasil menonton, perilakunya menjadi “aneh” tidak sesuai dari usianya. Sholat terlambat, dipanggil orang tua tidak menyahut, mandi dan mengerjakan atau melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat jadi susah karena ketergantungan dengan tontonan, paparnya.

Lanjut dia, saya lebih senang anak bersosialisasi bermain dengan teman layaknya anak-anak. Dalam keluarga dia juga tidak membolehkan menonton dibioskop, alasannya pemborosan. Menonton bagi dia adalah kegiatan khusus. “Menonton ada waktunya kita program khusus, tiap akhir bulan atau pertiga bulan sekali menonton film di rumah melalui televisi yang kami pinjam dari orang tua. Tapi, itu juga didampingi dan dibatasi,” terangnya. Keadaan ini kadang diejek oleh saudara-saudara, waktu berliburan ke rumah, kalimat pertama setelah menanyakan kabar adalah; kok nggak ada TV sih? Apa ga bosan apa? “Saya jawab santai saja,” ucapnya.

Pasalnya kalau hanya untuk sekadar memperoleh informasi terbaru di media elektronik, katanya bisa membacanya melalui internet atau media cetak. “Saya jelaskan ke anak-anak, kita ini memang berbeda, kita menciptakan berbeda; kalau orang tidak melakukan sholat berjamaah, kita sholat berjamaah. Kalau orang tidak mengaji, kita mengaji. Kalau orang mendapatkan tontonan, kita  juga sama mendapatkan tontonan. Hanya porsinya berbeda,” terangnya.  Pada awal-awal kedua putrinya merasa bosan tidak ada TV. Tapi, setelah itu kembali biasa saja. “Awal-awal iya anak saya merasa bosan, anak saya pilih menonton televisi di rumah tetangga. Iya saya sampaikan dengan alasan yang baik,” ucapnya.  Lanjut dia, meski awalnya berat namun lama-lama terbiasa juga. Sekian lama tidak menonton TV membuat hidupnya lebih bahagia. “Anak saya menjadi lebih banyak membaca daripada menonton, selain itu lebih giat,”ujarnya.

Tanyangan-tayangan di televisi menurut  Hasan, sangat memperihatinkan. “Saya cemas banyakya sinetron anak-anak sudah kenal cinta-cintaan,’ ujarnya.  Dengan dia memilih tidak ada TV di rumahnya, saat ini waktunya lebih banyak untuk bercengkrama dengan anak-anaknya, membicarakan banyakhal, melakukan aktivitas bersama. Selain itu listrik lebih hemat, dan waktu bersama keluarga lebih berkualitas, tegasnya. (MED)

Loading