TANGERANG,SATELITKOTA.COM – Pandemi covid-19 yang masih mewabah di Kota Tangerang menyebabkan semua sektor usaha lesu. Siang yang terik, belum lagi debu dan asap kendaraan yang melintas di Jalan Pinang Kunciran amat mengganggu bagi kesehatan, Ijra, Davin, Rafi, terlebih ketiganya inii tanpa memakai masker di masa pandemi seperti ini. Ketiga anak ini masih duduk dibangku sekolah dasar. SDN Pinang 7, dan SDN Pinang 4 Kota Tangerang. Ketiganya ini berbeda kelas, ada yang duduk dibangku kelas 4 dan juga kelas 6. Tempat tinggal mereka juga berbeda, masing-masing beralamat di Sudimara Pinang, dan ada yang di Kampung Bebalen. Mereka ini duduk-duduk di pinggir jalan sambil menunggu pembeli buku bekas dagangan miliknya.
Meskipun buku yang dijualnya tidaklah banyak hanya beberapa tumpuk buku yang ditata sekenannya dengan memanfaatkan bibir jalan berharap ada pembeli yang melintas mampir ke lapak Ijra, Davin, dan Rafi yang baru berjualan dua hari. “Baru dua harii jualannya,” jelasnya.
Pasalnya, buku-buku yang dia jual itu diperoleh dari pemberian seseorang. Katanya, selama dua hari berjualan hanya mengantongi 10 ribu sampai 20 ribu seharinya. Buku yang dijual dibandrol sama untuk semua jenis buku Rp.5000 saja. Harga yang murah itu tetap saja masih belum mengundang orang untuk membeli dagangannya. “Sepi pembeli, paling-paling dua-tiga orang saja yang mampir membeli buku” kata Ijra kepada Satelitkota.com, (Rabu, 23 Juni 2021). Lanjutnya, meski sepi pengunjung, ketiga anak ini tetap semangat membuka lapaknya setiap hari dari pagi pukul, 08.00 sampai dengan pukul 17.00 sore hari.
Pantauan satelitkota.com, wajah ketiga anak ini tampak lesu dan sesekali berkeluh kesah lantaran dagangannya sepi selama masa pandemi Covid-19. Mereka berharap, setidaknya ada beberapa pengunjung yang datang membeli buku untuk membantu ekonomi kedua orang tua,
Rafi menyebutkan, ide berjualan buku bekas ini muncul karena ingin memiliki penghasilan sendiri. Terlebih, saat ini dalam situasi pandemi Covid-19, dia tak ingin memberatkan kedua orangtua untuk terus meminta uang jajan kepada orang tuanya yang bekerja sebagai ojek online dan ibunya bekerja sebagai tukang cuci baju di rumah warga. Selain itu, Rafi yang masih berstatus pelajar sekolah dasar ingin mengisi waktu liburnya untuk hal yang produktif di sela-sela belajar dari rumah atau daring.
Menurut Rudi Khaerul Saleh, salah satu aktivis seni Betawi yang kebetulan melintas, mampir membeli buku di tempatnya melapak mengatakan, semangat ketiga anak ini, patut dicontoh semasa libur dia gunakan untuk berjualan.
“Baguslah dia gunakan waktu liburnya untuk kegiatan yang baik, daripada main game saja di rumah mending seperti ini,” ujarnya.
Semangat mereka berjualan tentu bukan tanpa alasan. Apalagii tadi dia menceritakan jika ia ingin membantu ibunya yang berprofesi sebagai buruh cuci dan bapaknya yang menjadi penarik ojek online, lanjut Rudi.
Di tempat yang berbeda, Suhendi mengatakan, agar selalu mematuhi protokol kesehatan dengan selalu memakai masker. “Selama buku yang dijual bukan buku-buku pelajaran ya bagus-bagus saja. Apa lagi ini untuk membantu perekonomian orang tua di masa pandemi ini tentu bagus saja. Tentu dengan harapan tetap mematuhi protokol kesehatan dengan selalu memakai masker. Dan gunakan waktu libur selama belajar daring ini dengan sebaik-baiknya, manafaatkan untuk kegiatan yang positif,” jelas salah satu pegawai yang betugas di UPTD Kecamatan Pinang . (MED)
BERITA TERKAIT
SMAIT Bunayya Spektakuler Lulusan Perdananya Tembus Ujian Masuk PTN 100 Persen
Indeks Kebebasan Pers Tahun 2023 Menurun, JMSI Minta Ada Treatmen Khusus
Unika Atma Jaya Kenalkan Keunggulan Prodi dan Beasiswa Kepada Ratusan Pelajar