TANGERANG,SATELITKOTA.COM – Pemerintah Kota Tangerang menggelar Silaturahmi Bincang Budaya mengundang sejumlah seniman dan budayawan dengan pembicara diantaranya seniman sekaligus budayawan Madin Tyasawan, mantan Ketua Dewan Kesenian Kota Tangerang (DKT) periode 2019-2024. Madin menjelaskan sesuai dengan UU No. 5/2017, Pasal 1 pengertian pemajuan kebudayaan sejatinya adalah upaya meningkatkan ketahanan budaya dan kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia melalui Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan.
Kebudayaana adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan cipta, rasa, karsa,dan hasil karya masyarakat. Kebudayaan Nasional Indonesia adalah keseluruhan proses dan hasil interaksi antar-kebudayaan yang hidup dan berkembang di Indonesia Pemajuan Kebudayaan adalah upaya meningkatkan ketahanan budaya dan kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia melalui Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan.
“Kita tahu ada kebudayaan daerah, yang di mana keseluruhan proses dan hasil interaksi antar kebudayaan ini hidup dan berkembang di daerah lalu diwariskan secara turun temurun oleh generasi terdahulu pada generasi berikutnya pada ruang lingkup daerah,” ujar Madin di ruang Patio. (26/24).
Mengenai pemajuan kebudayaan daerah adalah sebagai upaya meningkatkan ketahanan budaya dan kontribusi budaya daerah di tingkat Nasional maupun Internasional melalui Pelindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan. Ditambah dengan sudah adanya Perda Kota Tangerang No. 10 Tahun 2024 Tentang Pemajuan Kebudayaan Kota Tangerang yang memiliki fungsi: perlindungan kebudayaan lokal, penguatan dan jati diri daerah, peningkatan ekonomi berbasis kebudayaan, pelestarian untuk generasi mendatang, penguatan peran masyarakat, harmonisasi kebijakan nasional dan daerah, pengelolaan konflik kebudayaan, Perda Pemajuan Kebudayaan Daerah tidak hanya melindungi dan melestarikan warisan budaya, tetapi juga menjadi alat strategis untuk pembangunan daerah yang berkelanjutan. Kebijakan ini mendukung keseimbangan antara kemajuan modernisasi dan penghargaan terhadap akar budaya lokal, sambung Madin melalui paparannya.
Di tempat terpisah Medy Kesesi, seniman teater dan penulis buku mengungkapkan pentingnya memperkenalkan kebudayaan lokal bagi genereasi muda yang sekarang sudah terlanjur kebablasan oleh perkembangan teknologi informasi. Generasi muda sudah ‘candu’ dengan gadged. Akibatnya malas berpikir dan apalagi diminta menciptakan.
“Ini sudah menjadi budaya baru oleh kalangan milineal sebagai golongan yang paling banyak terkena sindrom nomofobia, karena itu sebagai masukan dalam perwal nanti agar memasukan pentingnya aturan waktu belajar atau tidak menggunakan handphone pada jam-jam tertentu, seperti yang sudah dilakukan oleh negara-negara lain. Misal, malam hari waktunya mereka untuk belajar atau aktivitas berguna lainnya pada jam tersebut aparat terkait bekerja sama memantau warganya demi melahirkan generasi muda yang mengerti budayanya sendiri sebagai jati diri budaya yang sesungguhnya,” pungkas Medy. (BOW)
BERITA TERKAIT
Pesta BerSAMA Rakyat Kota Tangerang: Sachrudin-Maryono
DEWAN KESENIAN KOTA TANGERANG SUDAH SAATNYA MENGUBAH POSISI, PERAN, FUNGSI, DAN WEWENANGNYA
WINA ARMADA SUKARDI: PUISI DAN ANUGERAH MURI