Oktober 12, 2024

informasi sekitar kita

Estetika Ruang Publik Wujud Representasi Sebuah Peradaban

Eksistensi Kolaboratif

SATELITKOTA.COM – Semangat menghias kota menjadi bagian dari progam yang terencana dan  terstruktur yang dilakukan oleh sebagian masyarakat yang mengimplementasikan program-program pemerintah, baik pemerinth daerah maupun pusat. Program yang bersinergi antara kelompok masyarakat dan pemerintah akan melahirkan sebuah projek bersama yang berikutnya dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Pemerintah Kota Tangerang pada akhir tahun 2021 melalui Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) menyelenggarakan kegiatan mural yang melibatkan beberapa komunitas mural yang hadir dari dalam kota dan luar kota Tangerang.

Kegiatan yang berlangsung dalam satu hari menghasilkan puluhan mural yang merupakan hasil seleksi, masuk dalam kompetisi yang diadakan oleh Dispora. Yang diselenggarakan pada tanggal 18 Desember 2021. Kegiatan tersebut bertemakan  “Pesona Pariwisata dan Budaya Kota Tangerang” . Obyek karya yang dihasilkan semua menggambarkan keberadaan kultur dan budaya masyarakat Tangerang mulai dari perahu naga yang menghiasai sungai Cisadane, tarian khas Tangerang, kulinari Tangerang dan sebagainya. Karya mural ini disajikan dalam bentuk dan gaya masing-masing kelompok atau seniman memeilki ciri yang berbeda-beda. Dari mulai naturalis, dekoraktif serta yang lainya.

Beberapa kelompok kerja seni atau komunitas seni turut berpartisipasi mengikuti ajang tersebut. Hasilnya adalah puluhan lukisan dinding yang mengisi tembok sebagai ruang publik yang bisa langsung dinikmati oleh masyarakat Tangerang jika melewati fly over jalan MH. Tamrin Cikokol. Fenomena ini menimbulkan suatu gairah baru yang muncul ketika masyarakat luas membutuhkan hiburan, sambil melewati jalanan mereka menyaksikan beberapa karya mural yang merepresentasikan kehidupan masyarakat dalam beraktivitas dan berbudaya.

Kehadiran mural di tembok fly over Cikokol yang menjadi sebuah fakta akan adanya kehadiran pemerintah di ruang publik. Kegiatan tersebut cukup mendapat apresiasi luas baik dari masyarakat penikmat seni maupun pelaku  seni serta masyarakat umum. Mural sendiri merupakan  bagian dari elemen estetika kota adalah sebuah epik  dari  sebuah perjalanan yang kehadiranya melewati proses  yang sangat panjang sampai saat ini menghiasi pada kota-kota besar di seluruh dunia.

Representasi Budaya

Dalam sejarahnya yang telah dilalui, bahwa kehadiran mural awalnya adalah sebuah ekspresi diri dan sebuah afirmasi dari para penghuni gua-gua yang didiami oleh manusia purba. Kegiatan melukis di dinding sudah dikerjakan dari sekitar 40.000 SM yang terjelma pada dinding-dindning gua yang tersebar hampir di seluruh dunia seperti di Amerika, Eropa, Asia dan Australia. Di Eropa tercatat manusia Cro-magnon terutama di Perancis, kehidupan manusia saat itu sudah dapat melahirkan lukisan di dinding Gua Lascaux, di Spanyol terdapat di Gua Altamira, goresan manusia perba saat itu dianggap sebagai karya seni lukis pertama yang dihasilkan manusia. Di Indonesia goresan manusai purba berada di gua Leang-Leang, Bantimurung Baros Sulawesi Tenggara. Kemudian di Maluku (kepulauan Kei dan Seram) dan di kawasan Papua Barat (kawasan Raja Ampat) serta di Kalimantan terdapat di pegunungan kawasan Sangkulirang dan pegunungan Meratus. 

Perjalanan karya seni mural yang memiliki sejarah  panjang melewati ribuan tahun tersebut kemudian telah sampai pada manusia modern yang turut menciptakan karya monumental, yang pada saat sekarang berperan  untuk menghias kota . Menurut  Hall representasi adalah bagian esensial  dari proses di mana makna diproduksi dan dipertukarkan diantara anggota-anggota dari  sebuah budaya. Dalam bahasa kita menggunakan tanda dan simbol-simbol baik berupa suara, tulisan, kata-kata, gambar-gambar visual yang diproduksi secara elektronik, balok-balok musik, dan bahkan obyek untuk mewakili atau merepresentasikan kepada orang lain tentang konsep-konsep yang kita maksud, ide-ide dan perasaan kita (Hall dalam Ida 2017).  

Wujud karya adalah sebuah representasi dari gambaran umum  masyarakat setempat yang mendiami sebuah kota atau wilayah sebagai pemilik kebudayaan. Aktifitas nyata yang divisualisasikan dalam karya mural di Kota Tangerang adalah hasil reduksi para seniman yang berasal dari beberapa kota di Indonesia yang kemudian menafsirkan atas pesona budaya dan pariwisata yang berada di Kota Tangerang, hasilnya adalah jajaran karya-karya yang bisa disaksikan oleh siapa saja yang melewati jalan tersebut. Lantas  bagaimana menafsirkan sebuah karya visual public tersebut yang merupakan representasi budaya dan pariwisata. Maka perlu melihat konsepsi yang di utarakan oleh Rachmah Ida yang merumuskan sebuah representasi adalah sebuah makna-makna yang terdapat dalam gambaran visual bisa dilihat secara implisit atau eksplisit, sadar atau tidak sadar, yang dirasakan sebagai kebenaran atau fantasi, ilmu pengetahuan atau logika umum serta makna-makna tersebut dibawa melalui pembicaraan sehari hari  (2017:131).

Dalam konsep-konsep serta metodologi visual, Ida menerjemahkan bahwa visuality atau daya lihat adalah cara dimana kemampuan penglihatan manusia dikonstruksi dalam berbagai cara (h 131).  Selanjutnya untuk membongkar nilai-nilai idiologi yang terkandung dalam karya-karya visual tersebut digunakan pisau pembedahnya yaitu etnografi dalam tradisi antropologi atau kajian discourse analisys. Karya seni visual berupa mural yang telah dibuat yang merupakan karya kolaborasi dalam kontek kompetisi yang telah ditentukan tema dan garis besarnya hanya menjadi sebuah deskripsi visual yang merupakan penterjemahan dari sebuah ekosistem budaya yang tengah berlangsung. Fragmentasi yang merupakan idiom serta pesan yang harus disampaikan berupa misi dan persoalan identitas sosoial, politik, gender, ekonomi, etnisitas tidaklah menjadi substantif.

Pada sisi site of audience juga dapat dikaji fenomena keberadaan mural tersebut. Pada kajian ini karya mural akan dilihat dari posisi di mana audience menikmati karya. Lantaran mural berada di tembok kolong jalan yang merupakan jalur cepat maka pada sisi ini sangat tidak menguntungkan bagi para penikmat yang akan melihat dan mengapresiasi karya-karya tersebut. Sehingga karya yang merupakan hasil dari beberapa kelompok seniman tersebut tidak bisa dinikmati secara maksimal. Terlebih bila dilihat dari sisi edukasi karya-karya mural yang bermuatan multikultur tersebut sangat sulit diapresiasi oleh para siswa yang ingin mengapresiasi subyek matter karya baik dari sisi internal maupun eksternal.  

Agenda berkelanjutan 

Terlepas dari persoalan eksistensi dan fenomena yang melingkupi karya-karya mural yang berjajar dalam satu koridor ruang publik dan menjadi bagian eleman estetik kota.  Bentuk kolaborasi adalah sebuah wujud akan adanya eksistensi para seniman yang menjadi mitra pemerintah dalam mengemban misi yang sama yaitu membudayakan dan memoles kota menjadi lebih indah menarik dan berperadaban. Peranyaan yang timbul dan merupakan tanatangan berikut adalah bagaimana sisi pemelihaan, keamanan serta perlindunganya. Mengingat karya tersebut berada diluar/out door yang pasti akan cepat pudar dimakan cuaca. Serta yang juga harus mendapat perhatian adalah adanya tangan-tangan jahil (vandalisme) tidak bertanggung jawab, yang dikhawatirkan akan merusak karya.

Pada sisi lain keberhasilan Kampung Babakan yang telah bertransformasi menjadi Kampung Bekelir barangkali bisa menjadi sebuah agenda bersinergi dan saling berintegrasi. Mengingat letak fly over yang hanya berjarak sekitar 500 meter dari kampung Bekelir dan masih dalam satu kelurahan. Bila ditarik benang merah akan terhubung identitas sosial yang semakin monumental.  Untuk itu kajian yang mendalam perlu dilakukan untuk pemerintah Kota Tangerang dalam upaya meningkatkan daya saing dibidang pariwisata kota yang tetap mengusung kampung tematik dengan menggunakan jargon urban city yang tetap manusiawi.

Profil  Penulis

Amir Sarifudin adalah seorang  mahasiswa Program Doctoral Pendiidkan Seni Universitas Negeri Semarang (Unnes).  Tinggal  di Kota Tangerang Banten. Aktivitas sehari-hari adalah pengajar Seni Budaya di SMPN 3 Kota Tangerang. Kegiatan lain Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Seni Budaya SMP Kota Tangerang.  Ketua Komite Seni Rupa Dewan Kesenian  Kota Tangerang. amirart27@g.mail.com.id

Loading