Januari 21, 2025

informasi sekitar kita

Diskusi Sastra Ke-2: Menuju Anugerah Sastra dan Kebudayaan 2024

JAKARTA,SATELITKOTA.COM – Diskusi Sastra ke-2 menuju anugerah sastra dan kebudayaan tahun 2024 kepada Penyair Taufiq Ismail yang diusulkan sebagai Bapak Sastra Indonesia.  Acara yang akan berlangsung di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB. Jassin, Gedung Panjang Ali Sadikin, Lantai 4, di Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) Taman Ismail Marzuki (TIM).

Pantauan Satelitkota.com diskusi sastra kedua terbuka untuk masyarakat umum. Menghadirkan pembaca puisi Yuhaenida Meilani. Menurut Anggota DPR Fadli Zon, dedikasi Taufiq Ismail bagi dunia sastra Indonesia telah melampaui “mandatnya” sebagai seorang penyair atau sastrawan. Maka sangat layak jika kepada penyair kelahiran Bukittinggi, 25 Juni 1935 itu disematkan gelar Bapak Sastra Indonesia. 

“Taufiq Ismail sangat layak jika kepada penyair kelahiran Bukittinggi, 25 Juni 1935 itu disematkan gelar Bapak Sastra Indonesia,” ujar Fadli Zon ketika menjadi pembicara dalam Diskusi Sastra ke-1 di Aula PDS HB Jassin, Gedung Panjang Ali Sadikin. (24/6 /2024).

Pasalnya,  Taufiq Ismail bukan hanya memotret peristiwa dan kondisi sosial yang terjadi melalui puisi-puisinya, Taufik Iqmail juga aktif menggerakkan dunia literasi. Taufiq terlibat dalam penggerakan Manifes Kebudayaan melawan kesewenang-wenangan Lembaga Kebudayaan Rakyat  (Lekra), menjadi aktivis paling depan dalam mengekspresikan perjuangan mahasiswa melawan rezim otoriter, menginisiasi sekaligus mendirikan Majalah Sastra Horizon, serta mempelopori Gerakan Membawa Sastra ke Sekolah. 

Selain itu, sebelum gerakan Sastra ke Sekolah tahun 1996 dengan  Taufiq Ismail sudah mengajak siswa menulis sastra melalui sisipan Kaki Langit dalam Majalah Sastra Horizon. “Pak Taufiq mengajak, sastra bukan lagi milik elit sastrawan, melalui Kaki Langit,” terang Fadli Zon yang telah menulis sejumlah buku baik kumpulan puisi, budaya, maupun politik. 

Ditempat yang sama,  senada dengan Fadli Zon, Sutardji Calzoum Bachri menceritakan kenangan pertamanya bertemu Taufiq Ismail dalam suatu acara yang diadakan Paguyuban Sastra Sunda, di Bandung.

Sutardji menyebut Taufik Ismail merupakan penyair besar di mana puisi-puisinya menjadi saksi zaman. Taufiq Ismail memotret tiap peristiwa yang terjadi melalui bahasa yang sederhana namun menyentuh dan bisa melampaui zamannya. 

“Taufik Ismail merupakan penyair besar di mana puisi-puisinya menjadi saksi zaman. Taufiq Ismail memotret tiap peristiwa yang terjadi melalui bahasa yang sederhana namun menyentuh dan bisa melampaui zamannya,” ujar Sutardji. 

Ketua Umum TISI Octavianus Masheka mengatakan pihaknya ingin penghargaan yang diberikan kepada Taufiq Ismail dan juga sastrawan lainnya tidak sebatas seremoni. Selain itu ada juga gelaran road show pembacaan puisi di enam tempat, dan lomba baca puisi. 

“Kegiatan bukan hanya melibatkan seniman, tetapi juga pelajar dan mahasiswa,” pungkasnya.

Diketahui, kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI) bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Pemprov DKI Jakarta, Perpustakaan dan kearsipan (Dispupsip) serta PDS HB Jassin. Dan sebagai pembicara Maman S. Mahayana,  serta Prof. Dr. Wahyu Wibowo  yang masing-masing membawakan materi berbeda, dengan moderator Tatan Daniel. (LASMAN)

Loading